Zainal Takdir dan Pesona Kata-katanya

zainal-takdir
Zainal Takdir berfoto bersama Aagus Harimurti Yudoyono (AH) yang kini Ketua Umum Partai Demokrat saat pendidikan Akademi Demokrat angkatan pertama. Foto - istimewa/zainal


Saya mengenalnya setahun berapa bulan. Itu artinya lebih dari 365 hari. Banyak, tiga digit. Namun kalah banyak dengan pantun yang sudah dibuatnya selama ini.

Awalnya saya hanya tahu namanya Zainal. Itu berbulan-bulan. Bahkan kami sudah sering ngopi bareng, ngobrol bareng dan aktivitas lain. Baru belakangan saya tahu ada Takdir di belakang Zainal. 

Zainal Takdir. Mungkin nama belakangnya mengandung tuah. Ia di takdirkan menjadi manusia yang memiliki ribuan kata dalam benaknya. Yang bisa dikeluarkan lewat mulutnya seketika.

Yang paling banyak ialah pantun yang dikirimkan kepada para pemesannya.

"Ribuan, Mas. Ada pejabat tinggi, pejabat menengah, pejabat biasa ha ha ha," jawabnya ketika saya undang siang tadi.

Kelasnya ada lurah, camat, bupati, wali kota dan pejabat setingkat menteri. 

Mereka bisa pejabat dari Provinsi Kepri yang diundang acara keluar provinsi dan menutup sambutannya dengan pantun. Bisa juga pejabat dari Jakarta yang ada undangan acara ke Kepri dan harus melafazkan pantun di ujung kata sambutannya.

Jangan heran kalau di ponselnya buku teleponnya banyak nama orang-orang penting. Dengan pantun Zainal bersahabat dengan banyak orang. Dari berbagai kalangan.

Bukan PNS, Melainkan Partai Demokrat

Lazimnya sarjana di Tanjungpinang atau Kepri, yang ditunggu adalah penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Namun tidak dengan Zainal.

"Saya tahu apa yang saya putuskan dengan masuk ke Partai Demokrat," aku kader partai yang sekarang dipimpin oleh Agus Harimurti Yudhoyono atau Mas AHY itu.

Partai politik bagi Zainal adalah vitamin. Itu bisa membuatnya bangun pagi sekali, pulang malam sekali. Padahal biasanya molor lama sekali. Karena malamnya begadang dengan teman-teman, berbual-bual.

Ia rela mengikuti pendidikan di Akademi Demokrat angkatan pertama. Itu lho, pendidikan yang digagas AHY untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul menggunakan sistem Tri Pola Dasar.

Akademi Demokrat dibentuk sebagai ujung tombak transformasi Partai Demokrat menjadi partai modern yang berasaskan nasional-religius melalui pendidikan profesional dan merit system.

Jati diri Akademi Demokrat adalah sekolah pejuang, patriot, dan kader pemimpin bangsa. Akademi Demokrat adalah bagian dari pendidikan politik dan cara Partai Demokrat dalam melakukan transformasi kepartaian ke arah yang lebih baik.

"Uniknya, setiap saya ada undangan ke Jakarta atau kota besar lain dan bertemu sesama lulusan akademi, saya selalu diminta berpantun dulu," kata Zainal.

Mengapa ia memilih masuk ke partai politik? Zainal menyebut politik itu hal yang menyenangkan. Semakin hari ia semakin ketagihan untuk mendalaminya. Menyebutnya sebagai ilmu tertua di dunia, pemuda kelahiran Kampung Bugis, Kota Tanjungpinang ini bangga bisa berdekatan dengan ilmu tertua.

Lalu ia bercerita politik itu selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman, banyak praktik di lapangan, lebih peka dengan kondisi negara dan alasan lainnya.

Ia tampak serius ketika mengatakan hal tersebut kepada saya. Sama sekali tak ada warna guyonan dalam jawabannya. Begitulah kalau ia sudah disinggung soal politik.

Di tengah obrolan santai saya berpesan kepadanya untuk dibuatkan satu bait pantun. Bukan pantun puisi namun bertema dua dekade demokrat.

 “Boleh nanti, Mas? Kalau Enal sudah tiba di rumah? Badan awak penat, butuh santai sikit,” katanya.

Saya percaya apa yang dikatakannya benar. Sebab, sebelum ia nongol di ruangan kerja saya, seorang teman dekatnya yang saya mintai tolong kasih tahu Zainal jika sedang bersama mengatakan yang saya cari lagi sibuk.

Oh, ya, DPD Partai Demokrat Provinsi Kepulauan Riau awal bulan September menggelar Musda untuk mencari ketua baru.

Dan Zainal, seperti yang saya tahu tatkala pejabat Demokrat dari Jakarta datang selalu sibuk mengurus banyak hal, karena itulah saya percaya ia lagi capek.

Anehnya ia terlihat senang dan bahagia. Beda jika yang capek hatinya, meski sudah mandi berkali-kali, pakai pembersih muka, tetap terlihat kusut.

“Coba Mas katakan ke Enal, kegiatan apa yang ngga memerlukan politik? Bahkan saat Mas mencari pacar dulu secara nggak langsung mempraktikkan ilmu politik,” tiba-tiba Zainal membombardir saya dengan serangkaian kata-kata.

Si Muda Pembaharuan

Saya adalah Klanis, penggemar lagu-lagunya Kla Project atau Katon Bagaskara. Saya menemukan kekuatan lirik lagu Si Muda Pembaharuan semakin kuat ketika berdikusi dengan Zainal. Penggalan liriknya seperti ini:

Di tengah galau pendapat akan pembaruan

Kita siap menggenggam tonggak bendera

Hasrat tertancapkan tegak di bukit kemenangan

Berkibar panji muda menebar semangat

Jabat tangan kita

Peluk nyali nan mesra katakan "kita t'rus bertahan"

Enyah aral datang

Tetap satu tujuan katakan "Tiada goyah dan menyerah"

Zainal mengaku tidak khawatir dengan masa depannya. Partai politik mengajarinya untuk keyakinan sedalam itu.

Politik membuat otak Zainal tak mengerdil, malah dipaksa mengembang karena banyak sekali hal yang berkaitan.

 “Kalau saya nggak terjun ke politi, saya akan bungkam tatkala ada yang bertanya kasus korupsi pejabat negara, Pilkada serentak kematrin, multikulturalisme dan sebagainya. Bagi kebanyakan orang itu materi yang berat. Padahal no no no, hal semacam itu jadi bahan diskusi kami,” imbuhnya.

***

Pukul 22.18 WIB, saat saya rebahan di kasur di kamar belakang, WA saya berbunyi.

Alhamdulillah Zainal tak lupa mengirimkan pantun pesanan saya.

Lebat daun Akarnya Kuat

Tinggi berisi batangnya kemat

Selama 20 tahun Partai Demokrat

Teruslah berkoalisi bersama rakyat. 

Alkisah, Zainal terus menebar semangat muda untuk berbuat banyak hal. Untuk dirinya, keluarga dan negara. ***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel